Hai Sahabat, sedang apa kau di sana?
Ngng, sebenarnya aku benci menulis surat ini. Seharusnya aku datang ke tempatmu, berbicara empat mata, dari hati ke hati denganmu. Tapi aku tak sanggup. Ada yang menahan langkah kakiku ke tempatmu. Tak kuat aku menatap matamu untuk mengatakan semua ini.
Aku merindukanmu. Tentu saja. Kita sudah berbulan-bulan tidak ngobrol. Tau kan, ngobrol yang benar-benar ngobrol. Selama ini kita bertemu, membicarakan banyak hal, tapi tidak benar-benar ngobrol. Sudah berbulan-bulan kita tidak benar-benar tertawa. Entah menertawakan hal yang lucu atau kebodohan-kebodohan kita. Aku lupa kapan kita menangis karena tertawa berlebihan. Atau menangis karena haru atau karena kita saling berbagi kesedihan. Aku merindukan itu semua. Sungguh. Aku bertemu denganmu beberapa hari yang lalu. Tapi aku tidak melihatmu, tidak ngobrol denganmu, tidak membagikan perasaanku, kisahku padamu, dan kita tidak tertawa atau menangis bersama lagi. Kau duduk di sebelahku, tapi aku tidak merasa mengenalmu. Sepertinya, hati dan logikamu berada di mana entah. Kau hanya ada di situ, tapi tidak memerhatikan aku yang begitu haus mendengar ceritamu, merasakan sedihmu, atau juga sukacita yang kau rasakan.
Yang paling menyedihkan buatku, dan mungkin ini juga yang membuat berat langkahku untuk menjumpaimu adalah kau bilang kau baik-baik saja waktu aku tanya apa kabarmu. Dan kita sama-sama tahu, kau berbohong. Kalau kau baik-baik saja, aku tidak akan merindukanmu sedemikian rupa. Kalau kau baik-baik saja, sahabat kita, yang juga kangen padamu, tidak akan datang padaku dengan air yang menumpuk di pelupuk matanya.
Kami merindukanmu. Tentu saja. Kini kau terasa begitu jauh. Meski kita baru bertemu beberapa hari lalu. Meski kita masih membicarakan hal-hal, yang katanya untuk kepentingan jiwa-jiwa di luar sana. Kau ada di dekatku, tapi terasa sangat jauh, bahkan lebih jauh dari kekasihku yang ada di pulau lain. Hatiku merasa, ngng, ini sangat pedih.
Aku tak mau menyalahkanmu. Atau mungkin memang aku yang salah. Karena aku berhenti berkata-kata ketika kau bilang kau baik-baik saja meski aku tahu kau tidak begitu. Karena aku tidak melanjutkan mencecarmu dengan tanya padahal aku tahu kau tidak sedang baik-baik saja, supaya aku tahu apa yang benar-benar kau rasakan saat ini.
Ini bukan waktunya menyalahkan siapa-siapa. Atau bertanya-tanya kenapa kau harus menyembunyikan isi hati dan logikamu dari aku, pun dari sahabat kita yang lain. Aku cuma mau kau tahu, aku kangen. Sahabat kita yang lain juga begitu. Jadi, begitu kau membaca ini, dan tahu apa yang sekarang kurasakan, maukah kau mengirimkan pesan atau langsung datang kepadaku? Ngng, tolong siapkan pundakmu, karena aku juga kangen menumpahkan tangisku di situ.
aku kangen banget sama sahabat2ku...miss u all..