Senin, 28 Maret 2011

Sang Bulan

teng..... teng..... teng.....
sudah waktunya buat matahari untuk tidur, dan ini pasti waktunya bulan untuk bermain.
bulan selalu senang jika sudah waktunya bermain, tapi tidak hari ini...
hari ini dia terlihat sedih...

"aduhh..... aku bosan... kapan sih waktunya aku main??"
"tidur udah... makan apalagi... ngapain lagi dong?"
"aku pingin main....."
"oiya, aku mau coba ngintip matahari ah.."

(terdengar suara orang-orang berbicara, tertawa, menangis, teriak, dan masih banyak lagi)
bulan melihat matahari sedang bersinar diantara para awan, tapi bulan mendengar banyak suara orang disana.

"kok saat matahari muncul, banyak terdengar suara orang-orang, ada yang gembira, kesal, senang, menangis, teriak, rame sekali. sedangkan saat aku muncul yang terdengar hanya suara hewan malam yang menemani ku bermain. ini tidak adil."

teng..... teng..... teng.....
bulan pun bergantian bermain dengan matahari, bulan melewati matahari tanpa menyapa matahari. matahari pun terkejut dan heran, karena tidak biasanya bulan seperti itu. bulan selalu ceria dan baik kepada semua orang.

"kenapa ya bulan? apa aku punya salah sama dia?"
"ahh mungkin bulan sedang tidak enak badan"

bulan pun memancarkan cahayanya dengan redup. dia pun tidak ikut bernyanyi dengan para bintang. bintang-bintang pun heran.

"bulan, ayoo ikut kami bernyanyi... kami tidak sabar mendengar suara merdumu..."
"tidak, bintang.. aku sedang tidak ingin bernyanyi, kalian saja yang bernyanyi, aku mau disini saja...."
"kamu kenapa? kamu sakit bulan?"
"tidak, aku baik-baik saja kok..."

bintang-bintang pun menyerah dan meninggalkan bulan sendirian.
"kemana ya orang-orang yang tadi berteriak, bermain, menangis? kemana mereka semua? kenapa mereka menghilang saat aku datang? kenapa??"
"apa aku ini menyebalkan? apa sinarku membuat orang malas keluar? apa orang-orang tidak suka melihatku?"
"apa cuma orang-orang itu yang senang padaku? apa cuma orang-orang yang memakai sarung dan membawa kentongan yang senang padaku? kenapa orang-orang lain tidak?"
bulan menangis sesegukan, dia tidak mau ada salah satu bintang atau makhluk lainnya melihat atau mendengar dia menangis.

salah satu bintang yang berdiri tidak jauh dari sana ternyata mendengar keluh kesah bulan. dia pun mendekati bulan, dan bermaksud menenangkan bulan.
"bulan.... jangan menangis lagi..."
"ehh, bintang.. aku tidak menangis kok.."
"sudahlah, aku mendengar kok kekesalanmu tadi.."
"....."
"jangan sedih bulan, orang-orang itu tidak membencimu kok... orang-orang itu juga sayang pada mu, sama seperti mereka sayang kepada matahari..."
"tapi kenapa saat aku muncul, mereka malah menghilang?"
"bulan.... semua itu sudah di atur... matahari harus muncul dan ditemani oleh orang-orang dibawah sana... matahari harus menemani mereka beraktivitas... sedangkan kamu di takdirkan untuk menemani orang-orang tidur dibawah sana.. mereka tidak membencimu kok..."
"lalu siapa yang akan menemaniku bermain? matahari ditemani oleh suara orang-orang dari bawah sana.."
"dan kamu ditemani oleh suara nyanyian kami, para bintang di langit, disisimu... kamu bisa berbicara dengan kami, kamu bisa ikut bermain bersama kami.. tapi tidak dengan matahari, matahari hanya bisa mendengarkan tanpa bisa ikut berbicara dengan mereka, matahari hanya bermain bersama para awan, yang kadang menutupi sinarnya."
"kasian juga ya matahari...."
"kalian memang memiliki tugas yang berbeda, tapi kalian sama-sama istimewa dimata mereka."

Selasa, 08 Maret 2011

Perih dan Sepi Menepilah

Perih…
Dapatkah engkau keluar
Karena kau terlalu egois memenuhi hatiku sendiri
tanpa menyisakan ruang buat yang lain
kau datang disaat bintang ku hilang ditelan malam
kau datang disaat mentariku tenggelam oleh awan gelap
Aku hanya ingin tidak terlalu lama memeliharamu
(aku memang masih mencintainya)
Sepi..
Bisakah kau jauh dari hidupku
Saat dia tak ada dari pandanganku
Saat dia masih menemaniku dalam mimpi malamku
Namun menghilang dikala aku membutuhkannya dalam wujud nyata
(aku ternyata masih merindukannya)
Perih
Bisakah aku memarahimu
Bisakah aku mengumpatmu
Sedangkan engkau adalah penghuni jiwaku
Saat aku kehilangan cakrawala cintaku
Yang bersinar dulu di sisi baratku
Takkala dia mulai menyinariku dengan cintanya
Namun kini telah terjadi gerhana yang menelan cahayanya
(aku memang masih mencintainya)
Sepi..
Apakah aku bisa memintamu untuk tidak menyertai langkahku
Karena aku masih mengikuti langkahnya yang dulu
Karena aku masih menelisik jejaknya yang hilang
(aku ternyata masih merindukannya)
Perih..
Bisakah kau kubuang ketepian hati
Agar rongga bekasmu kuisi dengan dia yang baru
Akankah aku menemukan ramuan penyembuhmu
Sedangkan hatiku masih tersayat olehnya
(aku memang masih mencintainya)
Apakah aku bisa membuang perih dan sepi ini
Karena ia adalah bayanganku
Perih..
Sepi..
Maafkan aku karena akulah yang telah menciptakanmu
Maafkan aku sebab akulah yang telah mencarimu
Karena itu adalah keterbatasanku saja
Tetapi sungguh, itu tidak sengaja dan aku memang sangat membencimu
Yang telah merongrong jiwaku
Yang telah meracun urat darahku
Aku ingin kau hilang
Jikapun tidak hilang, aku mohon menepilah dulu dan jauhlah dulu
Agar aku bisa mengisi tempat mu dengan kebahagiaan dan cinta yang baru.