Senin, 31 Januari 2011

Aku benci kampusku

Saya Dian Setyo Maharani, ya biasa di panggil dian atau sebutan-sebutan lain yang sering di lontarkan para sahabat saya .
Saya bukan seorang aktivis kampus, bukan pula seorang mahasiswa yang sering ikut demo-demo, serta bukan pula seorang kritikus-kritikus yang seperti tikus. Tapi saya hanya ingin belajar untuk mendapatkan sebuah secerca cahaya masa depan sebagai amanat orang tua yang telah menggelontorkan berjuta-juta biaya untuk mempercayai saya agar belajar dengan tekun. Orang tua seorang lulusan S1 dan S2, berat juga tapi keinginan orang tuaku sebenarnya tidak muluk-muluk amat cita-citanya terhadap anaknya, ya mereka hanya menginginkan anaknya lebih baik darinya. Mereka hanya ingin melihat anakny sukses nan bahagia. Tapi entah mengapa sejak pertama kali ku menginjakkan kaki di kampusku ini, tak ada sedikitpun rasa bahagia. Aku tak menemukan apa yang ku cari, aku tak menemukan diriku di situ. Yah, seakan-akan begitu diri ini menginjakkan kaki di kampus, hilang semua semangat dan jati diri yang ada di diriku. 

Hampa! 
Kosong! 
Ini bukan diriku, saya benci kampusku! Saya benci!
Tapi sejenak ku berfikir jikalau diri ini benci bagaimana dengan orang tuaku? Mereka pasti sangat kecewa.
Oh my god! streeeeeeeeeees..........!!!! why this life must be difficult?? why I should make "something" in my life??
 Tidak!, saya tidak boleh membencimu wahai kampusku. 
Ya, dari dulu memang janjimu berkilau sekilau emas, tapi benang yang kusutlah sepertinya saya dapat menggambarkannya. saya menulis ini bukan marah atau apa, tapi hanya sebuah diary yang seperti gunung merapi yang sudah dibibir puncak untuk menumpahkan lavanya. saya pernah mendengar seseorang yang pernah berkata, "kehidupan itu ibarat roda yg berputar". kadang ada di atas dan terkadang ada di bawah. semuanya yang ada di dunia telah saling berkitan antara satu dengan yg lainnya, nasib semuanya bahkan sudah dituliskan di garis takdir sang pencipta bahkan sebelum dunia ini terciptaKadang dalam hati saya tak mampu berkata lagi, apakah harus menunggu sang dewi fortuna muncul.
Oh no !!!

Tidak ada komentar: