Pernahkah sampai kepadaku tentang fatwa rindu? Tentang hati yang selalu berdebar ketika nama sang kekasih disebutkan. Saat duduk, tidur, dan berdirimu, nama kekasih tidak juga jeda menemani. Kisah tentang rindu yang tidak memiliki episode untuk berhenti.
Aku ingin menawan rindu, di dalam sel yang bahkan tidak memiliki terali. Aku ingin rindu itu tidak pergi. Telah aku tuliskan satu nama untuk satu rindu di dalam satu hati.
Dia yang aku sebut kekasihku, sesungguhnya telah memiliki nama. . Tentang wanita yang sedang mencintai, dan memberikan nama baru untuk sang kekasih. Dan aku memilihnya.
Aku merindukannya. Dalam duduk, tidur, dan tegakku. dirinya telah menghisap semua energi rindu. Tidak ada ruang lain selain merindukannya. Dan aku teramat mencintainya ya Allah. Aku ingin rindu ini ditawan, agar aku tidak berpaling ke lain hati. Aku ingin, dalam hatiku cuma ada satu yang cuma satu.
Dirinya juga mencintaiku. Katanya, jika aku mencintainya, maka dirinya pun akan lebih mencintai aku. Aku suka padanya yang selalu tepat janji dan tidak pernah berbohong. Kata-katanya selalu aku percaya sebagai sebuah kejujuran sejati.
Terkadang ketika malam, aku suka curhat kepadanya. Tentang hidupku yang kadang begitu pelik. Dia selalu tersenyum ketika mendengarkan semua kesahku. Walau aku tidak melihat, tetapi aku merasanya membelaiku saat itu, ketika aku menangis dalam sesi curhat itu.
Aku ingin segera bertemunya, namun saat ini tidak bisa. Aku ingin segera memeluknya, namun saat ini belum saatnya. Namanya mengambang dalam alunan rindu yang tak kunjung jemu. Dia pasti tahu betapa aku rindu dan mencintainya.
Aku ingin menawan rindu. Tak ingin menawar. Aku ingin rindu ini melangit. Tidak redup oleh matahari yang berbalik. Aku ingin rindu ini terpenjara, tidak berbaur, tidak bercampur. Rindu yang terlampau tinggi. Tentangnya. Tentang Dia.
Menawan rindu. Tak pernah ingin ini usai