Sabtu, 15 Januari 2011

Sebuah Pengakuan

Aku merindukannya dengan sadar, nyata sekali tak bisa kubantah. Entah jarak atau waktu, tapi jiwa ini begitu kering merangkah bagai bunga yang nyaris mati.
Mungkin aku terlalu sensitif, entah sejak kapan aku mulai seperti ini aku tidak pernah tahu atau bahkan mungkin sudah terlalu tinggi kadarnya, bisa saja. Apa yang ada dalam benakku sama sekali bukanlah hal-hal yang selama ini aku bayangkan, bukan seperti ini. Hidup bagai jalan utama dengan banyak gang-gang sempit. Aku mungkin telah tersesat dalam satu gang dengan banyak lagi persimpangan di dalamnya. Tidak jelas lagi arahnya, bahkan hanya untuk kembali ke jalan utama tadi. Kembali kusandarkan diri pada gemilangnya suatu hari di masa lampau, sudah tidak berguna sama sekali pastinya.
Tunjukan padaku cara menyayangi
Agar tak telak kekalahan ini
Saat banyak tatapan tak henti menyerang
Ratusan perasaan mengaduk pikiran
Senyuman serasa tamparan dua arah
Saat dengan sinis dia menangkalnya
Mereka bilang aku hanyalah bayangan yang lamban
Saat sang tuan dengan lancar menarikan hidup
Aku berusaha menjawab dengan sedikit keberuntungan
Berharap bisa mengendalikan rasa
Penjawab tanya yang lama mengendap
Ajarkan aku mencintai
Cara sederhana untuk memarahi makna
Mengartikan kesedihan dan air mata
Berharap hujan datang untuk terakhir kali
Basah dan lembabkan jiwa yang panas
Aku berharap akan datang gerimis sekali lagi
Tinggalkan aku di padang pasir
Terombang badai dan kekeringan
Demi harap akan kujalani
Saat sebenarnya memaknai rasa dan kegalauan
Seperti apa memaknai hidup
Saat cobaan datang tak terbendung
Menerjang pantai ombak menggila
Sedikit harapan akan kuusahakan

Tidak ada komentar: